Jumat, 25 Maret 2011

Iklan dan Kekerasan Simbolik

oleh Ibu Endah Muwarni

Iklan sebagai kekerasan simbolik. Hal ini bukan merupakan kejahatan atau kriminalitas. Kalimat tersebut merupakan kalimat konotasi yang ingin memperlihatkan kepada masyarakat, bahwa telah terjadi pergeseran fungsi iklan. Iklan saat ini bukan hanya menjadi kegiatan untuk jual beli produk, tetapi iklan juga mempengaruhi gaya hidup dan sistem nilai. Selain itu, secara tidak kita sadari, iklan seakan-akan "membeli fisik", contohnya melalui iklan produk - produk kecantikan.Dalam iklan yang "membeli fisik", iklan berusaha mengubah cara pandang masyarakat.

Pada dasarnya, iklan memiliki 2 fungsi yaitu fungsi informasional (iklan memberikan informasi mengenai karakteristik produk) dan fungsi transformasional (iklan mempersuasi khalayak untuk mengkonsumsi produk tersebut).

Apa yang dimaksud dengan "iklan sebagai kekerasan simbolik"?
Pada dasarnya, kebiasaan dari suatu kelompok sosial adalah menerima informasi yang didapatkan dari suatu iklan begitu saja. Dengan kata lain, kita mudah mempercayai suatu iklan. Padahal belum tentu apa yang disampaikan oleh iklan tersebut sesuai dengan realitas yang ada. Iklan tidak hanya menjadi ajang konsentrasi image simbolik produk yang ingin dipasarkan namun juga image simbolik realitas sosial secara luas.Iklan menjadi sebuah mesin kekerasan simbolik yang bisa menciptakan system kategorisasi, klasifikasi, dan definisi sosial tertentu sesuai kepentingan kelas atau kelompok dominan.

Refleksi diri :
Kekerasan simbolik dalam iklan mulai saya sadari saat saya sudah mulai mempelajari beberapa hal mengenai iklan. Sebenarnya pembahasan mengenai kekerasan simbolik sudah sering kali dibahas oleh beberapa dosen. 
Tidak bisa kita sangkal, bahwa iklan menciptakan pola pikir masyarakat yang berbeda dengan yang sebelumnya. Misalnya pola pikir dimana seorang perempuan dikatakan cantik hanya jika ia memiliki kulit putih, rambut panjang, tinggi, dan badan yang langsing. Padahal hal tersebut tidak sesuai kenyataan. Sehingga menurut saya iklan - iklan saat ini benar-benar berhasil "mencuci otak" khalayak. 

Rabu, 16 Maret 2011

Iklan dan Perilaku Konsumen

oleh Dr. Chairy

Pada dasarnya, dalam melakukan suatu komunikasi maka kita perlu mengetahui apa saja yang menjadi elemen komunikasi. Elemen komunikasi terdiri atas:
1. Komunikator atau sender
2. Pesan atau message
3. Medium 
4. Komunikan atau receiver
5. Umpan balik atau feedback


Gambar di atas merupakan gambar proses komunikasi tradisional. Namun proses komunikasi tersebut mendapatkan kritikan karena terlalu sederhana. Konsumen memiliki banyak pilihan. Karena kritikan tersebut muncullah "Permission Marketing". Contoh konkret dari "Permission Marketing" adlah subscribe advertising. Selain itu terjadi perubahan proses komunikasi yang disebut updated communication model dimana semua sender dan receiver berpusat pada communication medium.

The Source
=> penting dalam mempersuasi konsumen, harus memiliki kredibilitas, dan attractive.
Dalam sebuah iklan, ada 3 source yaitu expert ( orang yang ahli dibidangnya ), selebriti, dan orang biasa atau kaum awam.
Pembagiannya sebagai berikut :
~ expert : high performance risk product (contoh : panci, vacuum cleaner, dll)
~ selebriti : high social risk product (contoh : perhiasan, furniture, dll)
~ kaum awam : everyday product atau low risk product (contoh : makanan, minuman, dll)

The Message
Sebuah iklan harus mudah dipahami pesannya. Pengiklan harus membuat iklan yang membuat khalayak mudah untuk mengerti apa maksud dari iklan tersebut.

Komentar :
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting, termasuk dalam dunia periklanan. Jika sebuah iklan dapat mempengaruhi perilaku konsumen, atau dengan kata lain suatu iklan mampu mempersuasi konsumen untuk melakukan seperti apa yang ditujukan iklan tersebut, berarti iklan tersebut mampu mengkomunikasikan iklan tersebut dengan baik. 

Kamis, 10 Maret 2011

Simbol Dalam Dunia Arsitektur

oleh Bapak Eduard Tjahjadi

Saat melihat suatu bangunan arsitektur yang bagus ataupun unik, pasti di benak teman-teman pernah muncul pertanyaan “mengapa bentuk bangunannya sedemikian rupa?”. Jawabannya cukup sederhana sebenarnya, hanya saja tidak semua orang mengetahui jawabannya. Dalam dunia arsitektur, setiap bangunan dididirikan atau didesain sedemikian rupa karena memiliki arti. Selanjutnya saya akan membahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan simbol.

Dilihat secara etimologis, kata "simbol" berasal dari bahasa Latin yaitu "symbolum" yang berarti objek, gambar, tulisan, suara, atau tanda tertentu yang mewakili sesuatu yang lain oleh asosiasi, kemiripan, atau konvensi.


Simbol merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan sesuatu yang telah berlangsung disemua kebudayaan sepanjang waktu.


Simbol Gender
Arsitektur juga berasal dari bahasa Latin "architectura" yang berarti kepala atau pemimpin dan pembangun atau tukang kayu. Arsitektur merupakan seni merancang bangunan dan sturktur fisiknya. 

Karya arsitektur sering dianggap sebagai :
  • karya seni
  • simbol politik dan budaya

Simbol dalam arsitektur? Apa contohnya?


Gambar di atas adalah Ren Building yang ada di Shanghai Cina. Bangunan tersebut dibangun dengan mengambil konsep tulisan Cina "ren" (人) yang berarti manusia. Bangunan ini merupakan gabungan atau kombinasi dari 2 gedung sehingga membentuk tulisan "ren".  Bangunan yang satu mencerminkan pikiran sedangkan bangunan kedua mencerminkan tubuh. Bangunan ini sebagai simbol dari kepekaan budaya.





Contoh lainnya adalah BURJ AL ARAB HOTEL yang terletak di Dubai. Bangunan hotel ini mengambil konsep bentuk layar sebuah perahu Dhow yang merupakan perahu tradiusional masyarakat Arab.






Komentar :




Dalam pertemuan kali ini, pembahasan materi cukup menarik. Karena saya tidak pernah mempelajari hal yang berkaitan dengan arsitektur. Jika dilihat dari materi perkuliahan, sepertinya materi kali ini memiliki kaitan dengan materi minggu lalu yaitu semiotika. Karena sama-sama membahas mengenai tanda atau simbol hanya saja berbeda konteks. Kali ini, pembahasan lebih mengarah pada bagaimana suatu bangunan didirikan sedemikian rupa untuk menandakan sesuatu hal.

Rabu, 02 Maret 2011

Semiotika : Ilmu Tentang Tanda

oleh : Bapak Kurnia Setiawan

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu seme; semeiotikos yang berarti penafsiran tanda. Jadi, semiotika adalah ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.

Tanda sendiri dibagi menjadi 2, yaitu :
  • Tanda alami (natural) = contohnya demam yang ditandai dengan suhu tubuh manusia yang tinggi.
  • Tanda yang disepakati (konvensional) = contohnya adalah rambu-rambu lalu lintas.
Tokoh awal dari semiotika adalah Plato yang mulai memeriksa mengenai asal bahasa. Setelah itu dilanjutkan oleh Aristoteles yang mencoba untuk mencermati kata benda di dalam bukunya "Poetics" dan "On Interpretation".

Pada abad pertengahan, ilmu tentang tanda ini dikembangkan oleh St. Agustinus (354-430). Dia mengangkat soal tanda menjadi objek pemikiran filosofis dan dibatasi pada bagaimana "kata fisik" berhubungan dengan “kata mental”.

Pada abad 20, ada 2 tokoh yang menjadi rujukan bagi perkembangan semiotika, yaitu Saussure dan Peirce.

Ferdinand de Saussure
Peirce












Ferdinand de Saussure adalah bapak linguistik modern. Menurutnya, tanda terdiri atas 2 elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi dan sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan. Ia juga mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi, yaitu sisi pertama yang disebut sebagai penanda (signifier) dan sisi kedua yang disebut sebagai petanda (signified). Kajian Saussure tentang tanda linguistik bersifat arbitrer .


Kajian Peirce tentang tanda bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut.

Peirce menggunakan istilah :
> Ikon untuk kesamaannya
> Indeks untuk hubungan sebab akibat
> Simbol untuk asosiasi konvensional

Berbeda dengan Saussure (tanda memiliki dua sisi), Peirce meyakini bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segi tiga.
> Representamen (tanda)
> Objek (sesuatu yang dirujuk)
> Interpretant (“hasil” hubungan Representamen dengan Objek)



Objek adalah sesuatu yang dirujuk oleh Tanda, tetapi Objek bisa jadi berupa: sebuah Objek Representasi (Immediate Object) atau sebuah Objek Dinamik (Dynamic Object).




Komentar : 
Pembahasan semiotika sebelumnya sudah pernah dibahas di mata kuliah Visual Art Advertising pada semester 5. Sehingga tidak terlalu sulit untuk mengikuti kuliah kali ini dan mudah untuk dimengerti. Apalagi semiotika sebenarnya bisa kita lihat dikehidupan sehari-hari. Contoh tanda yang disepakati adalah nama barang yang dibuat oleh manusia sendiri.